Senin, 16 Desember 2013
Wayang Nggemblung Di Wayang Cumplung
Wayang Nggemblung Di Wayang Cumplung
Panggung yang berada di bawah tenda pernikahan, terlihat terang disinari lampu. Nampak di ujung panggung, batang pohon pisang menjulur horisontal. Di atasnya, wayang-wayang dari batok kelapa berderet menancap. Batok kelapa diberi warna dan diberi karakter wajah manusia. Tak lupa, diberi baju lengkap seperti boneka yang digunakan sebagai media dalam seni cowongan. Inilah pertunjukkan wayang cumplung bertajuk ‘Temuruning Widadari’, hasil karya Padepokan Cowong Sewu Syekh Gugah.
Menurut Titut Edy Purwanto, pemimpin Padepokan Cowong Sewu, wayang cumplung memakai bahasa banyumasan yang santun, tapi ngapak. Ini merupakan gabungan dari beberapa seni, mulai dari lengger, musik Banyumasan, dan wayang dengan suluk Banyumasan.
Pertunjukkan wayang dibuka dengan kalimat pembuka dari Syekh Gugah alias Titut sendiri. Nama Syekh Gugah digunakan untuk menggugah masyarakat agar kembali berilmu. Artinya berani menggugah agar kehidupan lebih berisi lagi, bukan seperti cumplung, kelapa yang dari luar bagus, tapi ternyata isinya kosong. Menurutnya, manusia saat ini, seperti cumplung. Berpenampilan baik, namun otaknya kosong dengan melakukan berbagai hal yang buruk dan bahkan merugikan orang lain.
Dalang wayang cumplung malam itu, adalah Trisman. Setelah penyerahan kukusan simbolisasi gunungan dalam wayang oleh Syekh Gugah, pertunjukkan pun dimulai. Trisman memainkan gunungan dan para wayang, sembari sesekali melempar lelucon yang disambut tawa oleh penonton. Pertunjukkan makin menarik, ketika wayang-wayang dari batok kelapa dilempar ke bawah. Lalu tak lama kemudian berubahlah karakter dalam cerita wayang menjadi manusia-manusia asli.
Gendon, Panjul, Lawen, dan Ki Sarayajati menjadi empat tokoh pertama berwujud manusia yang muncul di atas panggung. Penonton semakin antusias, semakin malam semakin banyak pula yang berdatangan. Apalagi dengan munculnya Gendon yang berkarakter lucu dan semaunya sendiri. Tak hanya Gendon, tiga karakter lainnya lama-kelamaan mengambil alih cerita, hingga dalang tak berdaya.
“Ini wayang cumplung, wayange nggemblung, dalange bingung,” ujar Titut. Maka tak ayal, wayang manusia itu semakin menggila, hingga sempat membuat sang dalang kesal. Tawa penonton pun berderai. Mata mereka tetap terjaga walau malam telah larut, meski cerita yang diangkat cukup sederhana.
Lawen, Panjul, Gendon, dan Ki Sarayajati mencari cara bagaimana agar bidadari dapat turun untuk menjadi saksi sebuah pernikahan dua anak manusia. Ki Gede Wasitajati dari Padepokan Cowong Sewu menyarankan memakai sarana kembar mayang, agar bidadari bisa turun ke bumi. Tak lupa, Ki Gede Wasitajati memberi piwulang untuk calon pengantin. Tentang mencintai pasangan, keluarga, dan agama hingga cinta terhadap negeri.
Pementasan kali ini memang digelar sebagai hiburan dalam acara perkawinan. Oleh karena itu, meski nggemblung, wayang cumplung tak lepas dari pesan-pesan yang penuh dengan makna kebaikan, untuk kedua mempelai maupun para penonton. Wayang hasil kreasi Titut sejak tahun 2008 ini memang bertujuan untuk membawa pesan perubahan ke arah kehidupan yang lebih baik. Maka dari itu, tak berlebihan jika wayang cumplung disebut paket komplit sebuah seni pertunjukan. Melestarikan seni budaya Banyumasan, sekaligus penggugah kehidupan agar lebih penuh makna.(*)
warisan kebudayaan
Pesona Nusantara
Posted on Dec 16, 2013 in
Warisan
| 2 comments
Nusantara… Beragam keindahan nan elok terbesit ketika
mendengar kata Nusantara, terbentang dari ujung sabang hingga ujung
merauke, menawarkan segudang cerita dan rasa yang indah untuk dicicipi.
Pesona alam, Lebih dari 17.000 pulau disertai kekayaan alam nan eksotik
dan keanekaragaman hayati tertinggi ke-3 di dunia membuat Indonesia
begitu kaya akan keindahan alamnya, sehingga banyak wisatawan
mancanegara […]Read more
Ciptagelar: Buncir Leuit, Loba Duit
Posted on Dec 12, 2013 in
Warisan
| 4 comments
Waktu memasuki Minggu. Hari yang menjadi puncak perayaan
panen padi di Ciptagelar akhirnya datang. Sarung biru tua yang saya
kenakan harus saya lipat hingga selutut. Kaos kaki sebetis berwarna biru
muda jadi penanda sisa-sisa kedinginan semalam. Pagi masih buta ketika
saya berangkat dari rumah Aki Dai, rumah induk saya selama di
Ciptagelar. Untung masih sempat […]Read more
Tradisi Temanten Kucing Rakyat Tulungagung
Posted on Dec 9, 2013 in
Warisan
| no responses
“Temanten kucing” atau masyarakat biasanya menyebutnya
sebagai “Mantenan kucing” sesungguhnya merupakan tradisi desa Pelem
Kecamatan Campur Darat kabupaten Tulungagung Jawa Timur yang
dilaksanakan secara turun temurun dari nenek moyangnya. Tradisi itu
merupakan tradisi untuk memohon hujan manakala terjadi musim kemarau
panjang. Tradisi Temanten Kucing ini sesuai dengan namanya merupakan
tradisi yang unik yang memiliki tata […]Read more
Keris sebagai Kearifan Lokal Indonesia (Menyikap Sains Dibalik Pembuatan dan Prosesi Penjamasan Keris)
Posted on Dec 1, 2013 in
Warisan
| 11 comments
Keris pertama kali dikenal dalam bahasa Sansekerta dengan
kata kres, yang kemudian dalam bahasa Jawa kuno menjadi kata kris yang
kemudian lebih dikenal dengan istilah keris (Arifin, 2006). Keris
merupakan salah satu hasil budaya bangsa. Keris telah terdaftar di
UNESCO sebagai warisan budaya dunia non-bendawi manusia. Fenomena keris
sebagai artefak dan ekspresi budaya tidak akan […]Read more
Menyelami Upacara Karo: Sebuah Tradisi dan Wujud Keharmonisan Suku Tengger
Posted on Nov 27, 2013 in
Warisan
| one comment
Siapa yang tak tahu Gunung Bromo? Siapa yang tak kenal Suku
Tengger? Hampir setiap orang mengetahui dan mengenal Bromo sebagai
sebuah gunung wisata yang didiami oleh suku asli Tengger. Namun tak
banyak yang tahu jika selain diberi karunia Tuhan berupa alam yang luar
biasa indahnya, kawasan Bromo juga diberikan titipan Tuhan berupa
keramahan penduduknya dan […]Read more
Seni Budaya 7 Gunung
Posted on Nov 6, 2013 in
Slider
| 5 comments
Jawa barat merupakan satu dari 33 provinsi di Indonesia yang
memiliki topografi dan geografi dilingkung gunung. Setidaknya tercatat
ada 33 gunung yang memiliki nama terletak di Jawa Barat. Di balik
puluhan gunung itu, sekelompok orang masih mencoba mempertahankan seni
budaya leluhur yang diperoleh dari hasil cipta, rasa dan karsa, sejak
puluhan bahkan ratusan tahun silam. […]Read more
Kawin Lari ala Suku Sasak
Posted on Oct 28, 2013 in
Warisan
| no responses
Kawin Lari ternyata bukanlah istilah yang negatif bagi
sejumlah suku di Indonesia. Buktinya, Kawin Lari bagi suku sasak
menunjukkan harga diri seorang pria. Jangan sekali-kali datang kerumah
calon dengan membawa mahar. Bagi orang Sasak, Sang pria harus
melarikan sang gadis dari rumah sebagai maksud melamarnya. Usia kampung
ini sudah mencapai 300-an. Ketika kebanyakan generasi baru di Pulau
Lombok […]Read more
Jejak Islam di “Kampung Arab” Pekojan
Posted on Oct 14, 2013 in
Warisan
| no responses
Sejarah perkembangan islam di batavia tak lepas dari tempat
yang sekarang dikenal dengan nama Pekojan, wilayah yang terletak di
kecamatan Tambora Jakata Barat ini sekarang adalah daerah yang memiliki
kepadatan penduduk yang tinggi. Terlepas dari itu daerah ini memiliki
peniggalan sejarah yang sangat berharga berupa masjid-masjid kuno yang
sampai sekarang masih berdiri kokoh di tengah […]Read more
Benteng Otanaha, Saksi Bisu Kejayaan Gorontalo
Posted on Oct 10, 2013 in
Warisan
| 3 comments
Benteng Otanaha didirikan sebagai benteng pertahanan, benteng
ini dibangun oleh Raja Ilato pada tahun 1522 Masehi. Dengan prakarsa
pemimpin-pemimpin kapal Portugis yang berhenti di pelabuhan Gorontalo.
Benteng yang terbuat dari pasir, batu kapur dan telur Burung Maleo ini
sangat kuat meskipun semennya terbuat dari telur. Terdapat cerita
tentang Benteng Otanaha ini, dulu kala Raja Ilato mempunyai 3 orang
anak, 2 […]Read more
Berkunjung ke Badui
Posted on Aug 19, 2013 in
Warisan
| one comment
Dunia terus berubah dan kian dinamis seiring dengan
perkembangan zaman. Tak heran pola hidup, adat istiadat dan juga tradisi
pun berubah mengikuti arus global. Terlebih saat ini adalah era
globalisasi di mana dunia seolah tak berbatas. Kontras dengan
perkembangan zaman, masih ada kelompok masyarakat yang tinggal di bumi
nusantara ini yang tetap menjaga keutuhan dan […]Read more
Memberi Makan Laut di Mappanretasi
Posted on Aug 13, 2013 in
Warisan
| 2 comments
Bila Anda berkesempatan mengunjungi Kalimantan Selatan pada
April nanti, saksikanlah Upacara Adat Mappanre Tasi. Upacara tradisional
yang secara harfiah berarti “memberi makan laut” ini rutin
diselenggarakan masyarakat Pantai Pagatan, Kalimantan Selatan secara
turun temurun sejak ratusan tahun yang lalu. Konon, upacara yang
dilaksanakan secara terbuka dan melibatkan masyarakat ini dimulai pada
1901. Saat itu, pelaksanaan […]Read more
Kabudayaan Ngalaksa di Rancakalong-Sumedang
Posted on Jul 28, 2013 in
Warisan
| no responses
Nyutat tinu sajarah Sasaka 17, Sasaka hartina sajarah, 17
mangrupakeun delegasi anu disebut karuhun – karuhun 17 anu aya di
Rancakalong. Diantarana, Eyang Panarosan, Eyang Geleng Pangancingan,
Eyang Wisa Nagara, Eyang Jati Kusumah, dll. Di antara anu 17 eta Eyang
Jati Kusuma anu paling berwibawa. Waktu jaman baheula di Rancakalong
kaleresan tos te aya bibit […]Read more
latest posts from Wisata
kebudayaan indonesia
ARTIKEL TENTANG KEBUDAYAAN ASLI INDONESIA SEPERTI BATIK, REOG DAN TARI PENDET
Indonesia memiliki banyak beraneka ragam kebudayaan yaitu kebudayaan etnik dan kebudayaan asing, sedangkan Kebudayaan Nasional Indonesia sejak sumpah Pemuda, atau sejak Indonesia merdeka, sehingga kebudayaan yang ada sangat perlu dilestarikan dan dikembangkan oleh generasi muda saat ini, agar kekayaan kebudayaan yang dimiliki Indonesia selalu terlihat dan dipandang oleh negara lain bahwa betapa banyaknya kesenian budaya yang telah dilestarikan dan dibudayakan oleh bangsa kita.
Sebagai contoh dari adanya kebudayaan di Indonesia diantaranya seperti kesenian Batik, kesenian Reog, dan kesenian Tari Pendet. Kebudayaan tersebut sangat khas dan terkenal di Indonesia. Bangsa yang maju adalah bangsa yang menghargai dan bangga akan kebudayaannya sendiri. Dari kebudayaan suatu bangsa dapat dilihat dari kemajuan dan Intelektualitas masyarakatnya. Indonesia sebagai bangsa yang plural dengan ragam kebudayaannya mampu menarik perhatian dunia salah satu warisan budaya tersebut adalah batik. Kesenian batik merupakan seni membuat motif desain berupa gambar di atas kain untuk pakaian yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dulu. Batik yang merupakan budaya asli bangsa Indonesia adalah salah satu kekayaan budaya bangsa yang harus dilestarikan dan dikembangkan terus menerus yang menyimpan berbagai kearifan yang mengakar secara substansial dari sisi ornamentasi keselarasan, proses pembuatannya, hingga cara mengapresiasikannya, keunikan, motif, serta corak yang dihasilkan dari batik-batik di berbagai daerah merupakan kekuatan yang sangat luar biasa khususnya bagi kekayaan seni budaya Indonesia dan belum ada di negara manapun yang memiliki kekayaan rancangan motif yang unik pada batik seperti yang dimiliki bangsa Indonesia.
Di Indonesia bahkan di dunia Internasional batik telah memiliki tempat dihati masyarakat. Yogyakarta dan Jawa Tengah adalah daerah yang terkenal akan kerajinan produk batiknya. Hal ini disebabkan oleh sejarah batik tersebut, yang merupakan budaya yang lahir dari keajaiban-keajaiban kuno di Jawa dan berkembang pesat di daerah tersebut hingga sekarang. Seiring perkembangan waktu batik menjadi tradisi turun-temurun. Jadi desain batik juga beragam begitu juga dengan model batik dan kini batik pun telah beranjak dipakai oleh orang dari berbagai lapisan masyarakat.
Sejarah kesenian batik di Indonesia berhubungan dengan perkembangan kerajaan Majapahit dan penyebaran ajaran Islam di tanah Jawa. Dalam beberapa catatan, perkembangan batik banyak dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram. Pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan Yogyakarta. Jadi kesenian batik di Indonesia ini telah dikenal sejak zaman kerajaan Majapahit dan terus berkembang pada kerajaan dan raja-raja berikutnya. Yang lama kelamaan kesenian batik ini ditiru oleh rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Kemudian, batik yang sebelumnya hanya pakaian biasa keluarga keraton, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari baik wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil tenunan sendiri. Adapun bahan-bahan pewarna yang dipakai, yaitu terdiri dari tumbuh-tumbuhan asli Indonesia yang di buat sendiri diantaranya dari indigo, tarum, nila, soga, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari tanah lumpur. Oleh karena itu, begitu indahnya kebudayaan seperti batik yang dimiliki Indonesia dengan cara pembuatan yang sangat sederhana dan menarik dengan buatan tangan sendiri.
Adapun kebudayaan lokal lain di Indonesia yaitu Reog. Pada dasarnya Reog adalah salah satu kesenian budaya yang berasal dari Ponorogo, tepatnya di Jawa Timur yaitu sebagai kota asal Reog sebenarnya. Gerbang kota Ponorogo dihiasi oleh sosok warok dan gemblak, yaitu sosok orang yang ikkut tampil pada saat Reog ditampilkan. Reog juga salah satu budaya daerah di Indonesia yang masih sangat kental dengan hal-hal yang berbau mistik dan ilmu kebatinan yang kuat.
Dalam pertunjukkan reog ditampilkan topeng berbentuk kepala singa yang dikenal sebagai “Singa Barong” raja hutan, yang menjadi simbol untuk Ketabumi, dan diatasnya ditancapkan bulu-bulu merak hingga menyerupai kipas raksasa yang menyimbolkan pengaruh kuat para rekan cinanya yang mengatur dari atas segala gerak-geriknya. Hingga kini masyarakat Ponorogo hanya mengikuti apa yang menjadi warisan leluhur, mereka sebagai pewarisan budaya yang sangat kaya. Dalam pengalamannya seni Reog merupakan cipta kreasi manusia yang terbentuk adanya aliran kepercayaan yang ada secara turun-temurun dan terjaga. Upacaranya pun menggunakan syarat-syarat yang tidak mudah bagi orang awam untuk memenuhinya tanpa adanya garis keturunan yang jelas. Oleh karena itu mereka menganut garis keturunan Parental dan hukum adat yang masih berlaku.
Sedangkan Tari Pendet merupakan tari pemujaan yang banyak diperagakan di pura, tempat ibadah umat Hindu di Bali, Indonesia. Tarian ini menyimbolkan prnyambutan atas turunnya dewata ke alam dunia. Seiring perkembangan zaman, para seniman Bali merubah Pendet menjadi “ucapan selamat datang” walaupun masih tetap mengandung makna yang sacral religius.
Tarian ini sebenarnya merupakan pernyataan dari sebuah persembahan dalam bentuk tarian upacara. Tidak seperti halnya tarian-tarian pertunjukkan yang memerlukan pelatihan Intensif, tarian ini diajarkan dengan mengikuti gerakan dan jarang dilakukan di banjar-banjar. Pendet dapat ditarikan oleh semua orang Bali, pria dan wanita, tua maupun yang muda. Para gadis muda mengikuti gerakan dari para wanita yang lebih senior yang mengerti tanggung jawab mereka dalam memberikan contoh yang baik.
Contoh kebudayaan semua itulah yang menjadi salah satu kebudayan asli Indonesia yang dari dulu hingga sekarang masih dilestarikan dan dikembangkan oleh banyak kalangan masyarakat. Dan tidak ada salahnya kita sebagai warga Indonesia turut bangga , karena negara kita telah mempunyai begitu banyak budaya yang beraneka ragam dan menarik
Langganan:
Postingan (Atom)